Menyusuri Dunia Maya untuk Mencari Dosen Pembimbing

Alhamdulillaah, berkat respons positif dari rekan-rekan atas tulisan yang pertama, saya jadi termotivasi untuk menulis lagi :)

Melanjutkan tulisan yang kemarin, kali ini saya akan membahas pengalaman saya mencari calon dosen pembimbing S3.

Hm... baiklah. Seperti yang saya singgung sebelumnya, saya tak seberuntung beberapa rekan saya yang diperkenalkan langsung pada calon pembimbingnya oleh dosen senior/sejawat. Tentu proses perkenalan seperti ini sedikit mempersingkat perjalanan panjang meraih beasiswa luar negeri.

Tapi, saya tak patah arang. (Ciee...)

Bermodalkan kenekatan tingkat dewa, saya berusaha mencari sendiri dosen pembimbing S3 saya. Kelebihan dari proses ini adalah kepuasan yang luar biasa saat kita bisa berkenalan dengan dosen dari universitas lain dengan ilmu yang mumpuni di bidang yang kita minati. Semuanya dilakukan sendiri, tanpa bantuan siapapun. Nikmat, sungguh!

Perjalananan panjang pun dimulai.

Seperti dalam memulai perjalanan dalam arti harfiah, kita harus tahu tujuan kita terlebih dulu kan? Mau ... dibawa ke mana ... hubungan, eh, kok jadi nyanyi. Ulangi. Mau ke mana kita?

Dalam konteks pencarian beasiswa, pertanyaan ini bisa diterjemahkan menjadi:

Mau kuliah di universitas mana?

atau

Mau dibimbing oleh dosen yang mana/bagaimana/seperti apa?

Tapi, sebenarnya yang paling penting adalah mau mengambil program apa?

Ya, kita tentukan dulu program yang akan kita geluti. Mantapkan dulu, karena ingat! Kita akan menggelutinya selama minimal 3 tahun--itu waktu yang sangat lama! Jadi, kita harus betul-betul mantap dengan pilihan kita.

Setelah memantapkan pilihan program, misalnya dalam kasus saya kemarin "Sastra Inggris" atau "Sastra Komparatif" atau "Sastra dan Pembelajarannya", barulah kita mulai mencari universitas yang menawarkan program tersebut.

Catatan: Program S3 biasanya bersifat interdisipliner, jadi kita harus membaca baik-baik apa saja yang ditawarkan oleh program tersebut. Petunjuk yang paling bermanfaat adalah judul-judul disertasi terdahulu atau proyek-proyek penelitian dosen di program tersebut. Dengan membaca judul-judul tersebut kita bisa tahu ke mana arah dari program ini, dan apakah salah satunya menuju ke jalur yang kita inginkan. (Abstrak, ya? Maaf.)

Ok. Contoh konkretnya nanti saya bagi dari pengalaman pribadi. Tapi, nanti, ya? ;)

Nah, setelah menentukan program yang ingin kita ambil nanti, mulailah perjalanan kita dengan menelusuri situs-situs di internet. Biasanya kata kunci yang saya masukkan dalam mesin pencarian google adalah "Phd_in_(tuliskan nama program)". Jika kita sudah mantap dengan pilihan negara yang dituju, boleh ditambahkan juga nama negara dalam pencariannya. Dalam kasus saya, jadi seperti ini "PhD in English Literature Australia."

Dan . . .

Ta da...

Muncullah daftar universitas yang menawarkan program yang kita cari.

Klik salah satu. Kalau bisa hindari dulu mengeklik situs yang dimunculkan oleh google.ads. karena biasanya itu bukan situs resmi universitas, melainkan situs agregat yang mengumpulkan daftar universitas dan/atau promosi universitas tertentu.

Setelah klik satu situs, kunjungi laman programnya/departemennya/fakultasnya. Kemudian, baca baik-baik program/konsentrasi apa saja yang ditawarkan dan topik penelitian yang telah dilakukan oleh mahasiswa terdahulu.

Kalau dirasa sudah pas, langkah selanjutnya adalah mengunjungi laman "staff" atau "faculty"--bedanya dengan kata staf dalam bahasa Indonesia, biasanya "staff" pada laman universitas luar negeri mengacu pada "teaching staff" atau staf pengajar, bukan staf administrasi.

Klik satu persatu nama dosen yang tertera. Biasanya kita akan langsung dibawa ke halaman profil dosen lengkap dengan penelitian dan publikasi dosen tersebut. Baca judul-judulnya dan cari tahu apakah sejalan dengan topik yang kita minati.

Setelah berhasil menemukan dosen dengan profil yang sesuai dengan bidang ilmu yang kita minati, langkah berikutnya adalah menghubungi dosen tersebut.

Mau tahu tips menulis pos-el pada dosen calon pembimbing S3 kita yang kita tak pernah kenal sebelumnya, alias a total stranger to us?

Tunggu tulisan saya selanjutnya, ya...

Sekarang saya harus kembali ke proposal penelitian saya. Heuheu...

Tasmania, 29 September 2019







Comments

  1. terimakasih atas tulisannya mbak, saya Ririn, jg berniat jadi emak Phd ini tapi bingung mau mulai dari mana, mbak dpt beasiswa apa ya? apakah ada email untuk bisa tanya2?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai, Mbak Ririn. Terima kasih sudah mampir di tulisan saya. Di tulisan ini saya ceritakan singkat jenis beasiswa yang saya dapatkan: https://nitanoviantiwahyu.blogspot.com/2019/09/kuliah-lagi-mencari-sebongkah-beasiswa.html

      Saya dapat beasiswa dari kampus.

      Kalau mau ngobrol lebih lanjut bisa lewat kolom reply di sini atau mampir di IG saya, nitanoviantiwahyu.

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Memboyong Keluarga Kuliah di Luar Negeri: Bagian 1

Is PhD REALLY a Lonely Journey?: My "Crowded" Journey

Jangan asal SCOPUS®