Kuliah (Lagi): Mencari Sebongkah Beasiswa

Baiklah, bismillaahirrahmaanirrahiim...

Ini adalah tulisan pertama sejak vakum dari tahun 2013. Ke mana saja? Ke mana-mana, hehe...

Banyak yang telah terjadi selama enam tahun ini: Punya anak (dua lagi!), lolos CPNS dosen, mengajar, meneliti, dan akhirnya mendapatkan kesempatan untuk menimba ilmu lagi! Katanya banyak? Iya, banyak sekali. Namun, apa daya, tulisan tak sampai.

Untuk tulisan pertama sejak 'mati suri' ini, saya akan membagikan perjalanan saya dalam meraih kesempatan untuk menimba ilmu lagi di negeri kangguru.

Semoga dapat sedikit menjawab pertanyaan dari rekan-rekan yang sedang berjuang juga meraih beasiswa S3. Semangat, teman!

Pepatah lama "Banyak jalan menuju Roma" masih berlaku ternyata, Bang Rhoma! Juga tentu pepatah klise, "Di mana ada kemauan, di situ pasti ada jalan." Benar adanya.

Ya, jalur yang saya tempuh untuk mendapat beasiswa S3 di Australia ini berbeda dengan yang saya lalui untuk kuliah S2 di Amerika. Dulu, tanpa tahu apa-apa, bahkan tak tahu jurusan apa yang hendak dituju, saya nekat melamar beasiswa Fulbright. Dan... tak disangka, saya lolos! Satu dari 14 saja kandidat yang lolos tahun itu. SOMBONG! Hehe...

Nah, untuk S3 ini, sedikit berbeda. Atau banyak. Perbedaan yang paling mendasar adalah kita harus sudah mantap dengan penelitian yang akan kita lakukan. Dan... tergantung negara dan universitasnya, umumnya kita harus sudah memiliki calon pembimbing untuk dapat melamar ke universitas dan beasiswanya.

Agar tidak bingung, mari kita mulai dengan memetakan jalur yang dapat ditempuh untuk bisa S3 di luar negeri dengan beasiswa. Mungkin lucu juga jika dibuat rumus atau dalam bentuk resep,ya?

Bahan utama yang konkret: Proposal Penelitian (mentah juga tak mengapa, karena nanti akan dimatangkan bersama-sama dengan pembimbing)

Bahan utama yang tak kasat mata: Daya tahan yang tinggi untuk berlama-lama berselancar di dunia maya dalam rangka mencari informasi, optimisme, nekat tingkat tinggi, doa, dan restu orang tua atau suami/istri.

Bahan tambahan yang tak dapat dipersiapkan: Nasib! Ya, betul! Saya tahu banyak sekali orang yang sangat pintar dan pantas mendapat beasiswa untuk kuliah di luar negeri. Tapi, nasib mengatakan lain. Mereka gagal meraih beasiswa. Jelas bukan karena kurang pintar (kan sudah bilang, sangat pintar?). Kurang usaha? Banyak juga yang sudah mencoba sana-sini. Tapi, ya, itu: Nasib. Atau mungkin usahanya masih belum cukup di mata Allah. Kalau kata orang "Barat", faktor "X"-nya kurang. Mungkin. Yang jelas, bahan tambahan ini benar-benar di luar kuasa kita sebagai manusia.

Selanjutnya, langkah-langkah memasak, eh, mencari beasiswa:
(untuk universitas dan lembaga pemberi beasiswa yang mengharuskan pelamar memiliki calon pembimbing saat melamar)


1. Cari calon pembimbing dulu. Caranya? Ada banyak cara tentunya. Dari pengalaman pribadi dan hasil mengamati (baca: kepo) dengan para senior, ada beberapa jalan untuk mendapatkan calon pembimbing:
  • Lewat kolega/dosen senior: Nah, biasanya dosen senior berhubungan baik dengan beberapa dosen dari universitas di luar negeri. Kalau kita memiliki hubungan yang baik dengan dosen senior tersebut, beliau pasti dengan senang hati memperkenalkan kita pada koleganya yang di luar negeri untuk mungkin berkenan menjadi pembimbing S3 kita nanti. Jadi, jagalah hubungan baik dengan dosen senior dan kolega. Mereka dapat menjadi penyambung rezeki kita.
atau...
  • Nekat cari sendiri dengan menghubungi dosen secara langsung. Ini yang saya lakukan. Tanpa diperkenalkan oleh dosen senior atau kolega, saya nekat saja menghubungi dosen di salah satu universitas yang saya bidik secara langsung. Tipsnya? Rajin-rajinlah mencari informasi di internet. Lihat profil dosen-dosennya. Biasanya situs resmi universitas akan menampilkan profil dosen dengan lengkap. Baca baik-baik penelitian dan publikasi yang telah dosen tersebut lakukan. Kalau ternyata ada dosen yang penelitiannya sejalan dengan penelitian yang kita minati, kejar terus sampai dapat, hehe... Jangan! Tapi... hubungi beliau melalui pos-el. Bagaimana cara mengirim pos-el pada calon pembimbing yang tak kita kenal sama sekali? Jawabannya ada di tulisan saya berikutnya, ya...
2. Jika sudah dapat lampu hijau dari calon pembimbing, langkah selanjutnya adalah mencari beasiswa. Nah, untuk universitas atau pemberi beasiswa yang tak mengharuskan kita memiliki calon pembimbing saat melamar, seperti Fulbright, langkah pertama bisa dilewatkan, dan langsung ke langkah ini.

Cari informasi sebanyak-banyaknya mengenai beasiswa apa saja yang tersedia untuk S3. Ada banyak! Beberapa diantaranya: LPDPFulbrightAASErasmus Mundus, dan . . . (cari saja di internet, hehe...)

Ada satu lagi jalur yang saya juga sebelumnya tak pernah bayangkan, yaitu: Beasiswa langsung dari universitas! Bisa? Banget! Saya juga saat ini kuliah S3 di sini dengan beasiswa dari kampus. Apa bedanya beasiswa dari kampus dengan beasiswa dari lembaga-lembaga seperti yang saya sebutkan di atas? Tunggu tulisan selanjutnya, ya . . . 

3. Setelah memilih beasiswa mana yang akan dibidik, langkah selanjutnya ya, melamar beasiswa tersebut. Hampir semua beasiswa persyaratannya sama. Yang paling mendasar adalah skor tes bahasa Inggris internasional seperti iBT atau IELTS, referensi dari pembimbing terdahulu atau dari pimpinan di tempat kerja/universitas, terjemahan resmi ijazah dan tranksrip terakhir, dan paspor atau identitas yang setara (KTP dan terjemahannya). Dokumen lainnya akan tergantung dari persyaratan yang diminta oleh lembaga pemberi beasiswa. Tipsnya: Baca baik-baik semua persyaratan yang diminta, jangan sampai ada yang terlewat. Luangkan waktu yang cukup untuk melengkapi persyaratan tersebut. Jangan menunda sampai mendekati tenggat akhir (yang ini saya juga masih suka begitu, kok, heuheu... jangan ditiru, ya?), dan... banyak-banyak berdoa. 

Baiklah, sudah jam 21:18. Saya sudahi dulu, ya. InsyaAllah dilanjut besok dalam unggahan yang berbeda.

Tasmania, 28 September 2019


Comments

Popular posts from this blog

Memboyong Keluarga Kuliah di Luar Negeri: Bagian 1

Is PhD REALLY a Lonely Journey?: My "Crowded" Journey

Jangan asal SCOPUS®