Sebaik-baiknya pos-el adalah pos-el yang dikirim pada yang tertuju

Sebaik-baiknya pos-el adalah pos-el yang dikirim pada yang tertuju

Judul ini betul sekali--terilhami dari pepatah lama: "Sebaik-baiknya skripsi/tesis/disertasi adalah skripsi/tesis/disertasi" yang selesai. :)

Jadi, jangan simpan pos-elnya di dalam kotak draft, ya? Sunting dan kirim!

Baiklah. Untuk tulisan kali ini nadanya akan lebih bersifat teknis karena saya ingin berbagi cara menulis pos-el pada dosen calon pembimbing S3 di kampus luar negeri.

Pertama dan utama: Pos-el ditulis dalam bahasa Inggris.
Di sinilah kekhawatiran kita sebagai orang yang bukan penutur jati bahasa Inggris muncul. Yang ingin saya tekankan adalah: Jangankan kita, orang-orang yang merupakan penutur jati bahasa Inggris sendiri pun memiliki kekhawatiran sendiri dalam konteks ini. Kok bisa? Karena, bukan hanya bahasa yang menjadi soal--ketepatan tata bahasa dan penggunaan kata serta tanda baca. Namun, mereka umumnya khawatir dengan etika/norma kesopanan dan isi dari pos-elnya. Apa yang harus mereka sampaikan? Bagaimana cara mereka memperkenalkan diri? Kalau pos-elnya tidak dijawab, apa yang harus dilakukan? dan seterusnya.

(Tenang, saya akan berikan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan ini nanti--kalau ingat. Harap maklum, ya, emak-emak PhD memang banyak lupanya dibanding ingatnya)

Jadi, jangan merasa kalah sebelum memulai, ya? Setiap perjuangan diawali dengan tekad yang bulat. Dan... setiap orang memiliki perjuangannya masing-masing.

Tips bagi kita yang untuknya bahasa Inggris adalah bahasa asing: Jangan sungkan untuk meminta bantuan pada orang yang bisa bahasa Inggris. Syaratnya satu saja: Minta baik-baik, dan jangan minta dibuatkan pos-elnya, ya! Boleh minta tolong menerjemahkan pos-el yang dibuat, atau minta tolong memperbaiki tata bahasa dan ketepatan gaya bahasanya. 

Sekedar berbagi pengalaman. Saya sering dimintai tolong seperti ini, dan biasanya selalu dengan senang hati menolong bila yang meminta tolong: sopan dan tidak meminta saya untuk buru-buru. 

Nah, ada juga yang pintar mengambil hati dengan mengajak ketemuan, traktir makan, dan sambil ngobrol santai membahas sama-sama pos-el yang sudah dibuat (ini kode, lho! ;)). Kesulitannya mungkin menentukan waktu yang pas untuk kita dan yang dimintai tolong.

Solusi lainnya kalau sungkan meminta bantuan pada teman adalah dengan meminta bantuan editor berbayar. Banyak jasa penerjemahan dan editing yang bisa kita manfaatkan. Pilih yang mendapat penilaian dan rekomendasi yang bagus dari pelanggan terdahulu, ya? Cara ini mungkin bisa lebih cepat.

Itu tentang bahasa.

Berikutnya, mari kita bicarakan struktur isi dari pos-elnya.

Struktur pos-el dibuat seperti pos-el pada umumnya, ya?

Judul - Sapaan - Isi - Penutup

Mari kita bahas satu persatu.

Untuk judul, terus terang saya paling tidak bisa menulis judul yang baik. Benar, lho! Dari pengalaman dulu menulis 3 novel dan beberapa artikel penelitian, saya selalu kesulitan mencari judul yang bisa menangkap perhatian orang dalam sekali baca. Jadi, tips dari saya yang tidak ahli dalam membuat judul ini mungkin tidak begitu bisa diandalkan. Tapi, setidaknya saya bisa memberikan beberapa pilihan judul yang berterima, walau tidak menggoda :D

Dulu, judul yang saya tulis benar-benar membosankan dan kepanjangan:

"Possibility for Doctoral Research under Your Supervision"

Begitu bunyinya. 

Tidak suka?

Coba ini:

"PhD/Doctoral Research Supervision"
"Applying for PhD/Doctoral Research Degree"
"Would you be interested in supervising my PhD/Doctoral Research?"

Masih tidak suka? Coba pikirkan sendiri sekreatif mungkin :)

Selanjutnya: Sapaan.

Karena belum kenal, sebaiknya sapalah dengan formal: "Dear Dr. ..." atau "Dear Prof. ..." (isi titik-titik dengan nama belakang dosennya, jangan nama depan, ya? Boleh juga menulis nama lengkap beliau.)

Nah, sekarang isi. Untuk isi, saya lebih senang dengan struktur yang seperti ini:

  1. Perkenalan ringkas mengenai siapa kita. 
  2. Tujuan kita menghubungi beliau
  3. Topik penelitian kita
  4. Rencana pembiayaan kuliah (kalau sedang/akan melamar beasiswa, beri tahukan calon pembimbing langsung. Pun jika berniat melamar beasiswa kampus)
  5. Alasan kita ingin dibimbing oleh beliau
  6. Manfaat penting dari studi lanjut yang akan kita tempuh (tak hanya bagi kita pribadi, tapi juga bagi institusi dan masyarakat luas)
Sekedar ilustrasi dari langkah-langkah di atas, berikut saya bagikan pos-el yang dulu saya kirim. Pos-el ini bukan contoh yang baik atau yang terbaik, hanya contoh yang berhasil mendapat balasan dari calon pembimbing. Dan... jangan salin mentah-mentah, ya? Gunakan sebagai gambaran saja, jika langkah-langkah di atas kurang jelas.



Sebagai bukti bahwa pos-el di atas bukan yang terbaik, saya baru sadar setelah saya kirim bahwa saya tidak begitu menjelaskan dengan rinci karya penelitian/publikasi mana dari beliau yang telah menginspirasi saya.

Dan ... betul saja, dalam balasannya terhadap saya, beliau bertanya yang kurang lebih artinya, karya saya yang mana yang secara khusus telah menginspirasi Anda? Heuheu...

Nah, sebaiknya dalam pos-el sebutkan beberapa contoh penelitian beliau secara rinci yang sangat membuat kita tertarik.

Dalam kasus saya, kebetulan sekali saya pernah dua kali mengutip tulisan beliau. Jadi, alhamdulillaah... bisa meyakinkan beliau kalau saya tidak hanya mencoba merayu beliau dengan rayuan gombal saja.

Untuk penutup, ada banyak sekali kalimat dan frasa yang dapat kita gunakan, seperti "I am looking forward to your reply", dst. (boleh juga menyalin yang saya buat dalam potongan pos-el di atas) serta kind regards, best regards, yours sincerely, dan seterusnya.

Langkah terakhir: Baca ulang pos-el sebelum dikirim. Pastikan tak ada kesalahan tata bahasa atau isi penting yang terlewat.

Lalu, setelah kita menekan tombol 'kirim', jangan lupa untuk mengecek kotak 'terkirim'. Ini penting untuk memastikan pos-elnya sudah terkirim. Sebagai emak-emak PhD, bukan sekali dua kali saya sudah merasa mengirim pos-el, tapi ternyata saya lupa tekan tombol 'kirim' atau karena sinyal dan lainnya ternyata pos-el masih tersangkut di 'outbox/kotak keluar'. Tepuk jidat!

Demikianlah langkah-langkah yang saya pribadi tempuh dalam menulis pos-el untuk menjajaki kemungkinan memperoleh bimbingan penelitian S3 dari dosen di kampus luar negeri. Langkah-langkah ini berlaku bagi saya, dan mungkin tidak berlaku bagi rekan pembaca. Namun yang pasti, semoga bermanfaat, setidaknya dalam memberikan gambaran yang lebih konkret untuk apa yang harus rekan pembaca lakukan nanti saat berada dalam situasi yang sama.

Berikutnya, ada permintaan khususkah untuk menulis topik tertentu yang berkaitan dengan lamar-melamar beasiswa ... asal bukan "melamar yang tercinta" :D

Jika ada, silakan tulis di kolom komentar, ya?

Tasmania, 30 September 2019 



Comments

Popular posts from this blog

Memboyong Keluarga Kuliah di Luar Negeri: Bagian 1

Is PhD REALLY a Lonely Journey?: My "Crowded" Journey

Jangan asal SCOPUS®