Memboyong Keluarga Kuliah di Luar Negeri: Bagian 1

Postingan kali ini akan membahas tentang apa saja yang harus dipersiapkan untuk membawa keluarga ikut serta kita kuliah di luar negeri, khususnya Australia.

(Persyaratan tiap negara berbeda, ya?)


Dari semua persiapan keberangkatan S3 di Australia, membawa keluarga adalah yang paling ribet! Jujur saja. 

Dulu, sewaktu berangkat ke Amerika, walaupun sudah menikah, saya berangkat sendirian. Tak ada beban, dan cukup mengurusi diri sendiri saja. 

Tapi, sekarang? Buntutnya sudah ada dua, kalau kata orang Sunda. Ditambah satu kepala. Jadi, ribetnya lumayaan....

Saya akan bagi postingan tentang memboyong keluarga kuliah di luar negeri ini ke dalam beberapa bagian. 

Di bagian ini, saya akan menuliskan tentang syarat Dependent Visa atau visa anak dan suami untuk ke Australia. 

Terus terang, persyaratannya lumayan ribet dan menyita waktu. Tapi, semua worth it pada akhirnya!

Untuk melamar visa saya dan keluarga, saya dibantu oleh IDP, salah satu lembaga yang khusus membantu calon pelajar Indonesia untuk menimba ilmu di Australia. Silakan cek di sini untuk tahu lebih lengkap tentang IDP. Kita bisa daftar untuk meminta bantuan IDP lewat situs resminya atau langsung mendatangi kantor cabangnya. Yang saya tahu di Jakarta dan Bandung ada. Sepertinya di beberapa kota besar lainnya pun ada. Cek saja, ya?

(Bantuan dari IDP gratis, ya? Karena universitas kita di Australia yang bayar :P.)

Saya sendiri mengurus visa saya dan keluarga dengan IDP lewat pos-el saja. Saya belum pernah sekalipun bertemu dengan pihak IDP yang membantu saya. Hanya kontak lewat pos-el dan Whatsapp! Tapi, urusan selesai juga. Alhamdulillaah... tidak harus bolak-balik mendatangi kantor IDP di Jalan Naripan, Bandung. Tahu sendiri kan, Bandung macetnya seperti apa? Jadi, saya sangat merekomendasikan IDP. Dua jempol untuk pelayanannya!

Apa saja sih, persyaratan visa dependent itu?

Sebenarnya hampir sama dengan persyaratan visa pelajar.

Daftar lengkapnya nanti akan saya bagikan di akhir. 

Saya akan membahas yang paling penting dulu (dan yang paling mahal), yaitu: ....

OSHC

Alias Overseas Student Health Cover atau asuransi kesehatan pelajar (dan keluarganya, kalau bawa keluarga).

Mengapa ini dulu?

Karena ini yang paling mahal.

Kalau mengurusnya?

Mudah saja, semua bisa diurus melalui kampus, jika kita mengambil asuransi yang bekerja sama dengan kampus. Kalau kita memilih mengurus sendiri juga bisa, kok. Ada beberapa pilihan perusahaan asuransi yang menawarkan OSHC, seperti Medibank, Allianz, dst.

Silakan cek di SINI untuk lebih lengkapnya.

Dengan kemudahan transfer antarbank internasional, pembayaranpun bukan lagi masalah.

Semahal apa, sih?

Karena pada dasarnya asuransi ini diperoleh dari perusahaan swasta, jadi pasti mahal :D.

Yang membuatnya terasa lebih mahal adalah karena kita harus membayar asuransi untuk selama kurang lebih 5 tahun di muka! Kok, 5 tahun? Ya, karena hitungannya bukan lama masa belajar kita (PhD), tapi lama masa berlaku visa kita. Jadi, untuk yang S2, mungkin bisa dua tahun setengah, dan seterusnya. Untuk saya, ya.. sekitar 5 tahun! Kebayang, kan, membayar asuransi untuk 5 tahun lamanya di muka?

Berapa, sih?

Perhitungannya akan berbeda, tergantung berapa banyak anggota keluarga yang ikut. Dalam kasus saya, dua anak dan dua orang tua itu sekitar 20.000 dolar Australia--seharga mobil saya! :D

Oh, jadi, per orang sekitar 5,000 dolar Australia, ya?

Sayangnya tidak semudah itu menghitung besaran asuransi yang harus dibayar. Contohnya teman saya yang berniat membawa satu anaknya saja yang masih berumur 5 tahun harus membayar 13.000 dolar Australia! Katanya sih, karena hitungannya single parent, jadi lebih mahal.

Untuk keluarga saya, jumlah itu betul-betul seharga mobil keluarga kami yang kami jual untuk membayar asuransi ini. Tak apalah. Saya dan keluarga juga akan pergi selama 5 tahun, jadi untuk apa mempertahankan mobil (kesayangan) kami ini?

Kok, bayar, sih? Kan ada beasiswa?

Sayangnya, beasiswa umumnya hanya membayar asuransi untuk pelajarnya saja. Asuransi kesehatan keluarga, ya, ditanggung sendiri.

Kasarnya begini mungkin kata pemberi beasiswa: "Kami kan mengundang Anda saja untuk belajar, bukan keluarga Anda. Jadi, ya, bayar sendiri saja!" :D

Walaupun berat, akan lebih berat lagi bagi saya untuk berpisah dari anak-anak dan suami. Selain itu, jumlah itu sebenarnya tidak seberapa jika dibandingkan dengan pengalaman yang akan kami sekeluarga dapatkan selama di sini, dan tentunya perlindungan kesehatan yang biayanya SANGAT mahal jika tidak dibantu asuransi.

Jadi, kalau mau membawa keluarga, selain siap secara batin juga harus siap secara "lahir", ya?

Ini baru OSHC. Persyaratan berikutnya yang juga lumayan menyita waktu, uang, dan tenaga, akan dibahas di tulisan yang berbeda, ya?

Tasmania, 26 Oktober 2019



Comments

Popular posts from this blog

Is PhD REALLY a Lonely Journey?: My "Crowded" Journey

Jangan asal SCOPUS®