Satu Beasiswa untuk Pengeluaran Berjamaah (Berhemat Bagian 1)

round gold-colored and silver-colored coin lot
Photo by Steve Johnson on Unsplash

Judul ini pas sekali bagi mereka yang bertanya-tanya, cukupkah beasiswa untuk satu orang saja membiayai seluruh keluarga?

Jawabannya CUKUP-CUKUP saja, selama kita pintar mengatur keuangan.

Perlu digarisbawahi, beasiswa kampus seperti yang saya peroleh ini tidak memberikan bantuan untuk pasangan dan anak, walaupun jumlahnya agak sedikit lebih besar (nggak ngaruh, sungguh!) dibanding beasiswa yang diberikan oleh pemerintah Indonesia.  Jadi, harus benar-benar pintar mengatur uang dan... harus percaya bahwa ada yang Maha Mengatur yang jauh lebih tahu kebutuhan kita.  Jadi, jangan pernah takut tidak cukup!

Saya akan pecah pengeluaran bulanan di sini ke dalam beberapa bagian.

Pengeluaran yang paling besar tentu adalah sewa rumah, apalagi kalau bawa keluarga.  Jika berangkat sendirian, kita bisa tinggal bareng-bareng mahasiswa lain.  Jadi, biaya sewa rumahnya bisa dibagi beberapa orang.  Ringan, kan, jadinya?

Nah, kalau berjamaah seperti saya?  Nggak mungkin kan berbagi rumah?  (Mungkin saja, sih, kalau rumahnya besar dan ada kamar mandi serta dapur terpisah.  Yang pasti jarang, ya?  Saya masih OK berbagi ruang tamu, ruang makan, dan ruang bersama lainnya, tapi kalau dapur dan kamar mandi, saya harus punya sendiri! :D)

Bisa dikatakan, dalam satu bulan, pengeluaran untuk sewa rumah itu menghabiskan sekitar 52% dari uang saku bulanan saya!

Pengeluaran terbesar berikutnya adalah listrik.

Di sini, tagihan listrik setinggi langit, bikin saya menjerit tiap ditagih. Hiks! Seberapa tinggi, sih?  Perbandingannya begini saja.  Di sini, hampir setiap peralatan rumah tangga membutuhkan daya listrik ribuan watt!  Kalau di Indonesia kan, kebanyakan antara 220 sampai 800 watt, kecuali di perumahan mewah dengan peralatan elektronik super canggih.  AC saja di sini sekitar 3500 watt, bayangkan!

Nah,  selama musim dingin yang sangat dingin, mau tak mau AC (bagian penghangatnya) harus dinyalakan agak sering, terutama malam dan pagi.  Saat itulah tagihan listrik melonjak, bisa sampai 600 dolar per tiga bulan!  Itu pun sudah diirit-irit seirit mungkin :D.

Jadi, katakanlah listrik menghabiskan sekitar 15% setiap bulannya dari pengeluaran rumah.

Sebenarnya ada yang lebih besar dari pengeluaran untuk biaya listrik, yaitu biaya makan sehari-hari.  Tapi, saya simpan di bagian ketiga?  Mengapa?  Karena dua pengeluaran pertama sifatnya wajib dan mengikat.  Pasti dipakai dan tidak mungkin tak dibayar.  Sementara pengeluaran untuk makan sehari-hari, ya, kalau nggak ada tinggal puasa :P.  Nggak segitunya juga, sih.  Ya, setidaknya bukan jenis pengeluaran yang memiliki konsekuensi hukum jika tak dibayar.

Baiklah, sisa uang berarti sekitar 33% dari total uang saku beasiswa.  Sisa uang ini harus cukup untuk biaya makan sehari-hari (termasuk jajan anak-anak), perawatan diri (sampo, sabun, pasta gigi, pelembab, dll.), kebutuhan rumah tangga (deterjen, sabun cuci piring, pembersih toilet, dll.), bensin, pulsa, dan pengeluaran tambahan lainnya.

CUKUPKAH?

CUKUP... :D

Untuk makan, yang pasti agar bisa cukup dengan uang yang terbatas, kita harus MASAK tiap hari!  Bahkan mungkin sehari bisa beberapa kali.  Ini tantangan yang cukup berat, mengingat saya tidak begitu suka masak.  Namanya orang Bandung, ya?  Jajanan dan makanan dijual di mana-mana dengan harga terjangkau.  Kesibukan juga membuat saya dan keluarga dulu seringnya beli makanan atau dimasakkan oleh si Ibu yang bantu-bantu di rumah.

Namun, apa boleh buat.  Memasak di sini adalah bagian dari survival!  Jadi, ya, harus dikerjakan.  NO EXCUSE!  Dengan memasak, saya bisa menghemat banyak sekali.

Syukurnya, di sini tidak ada warung yang menjual jajanan dengan bebas.  Jadi, saya bisa menghemat banyak untuk jajan anak-anak.  Jajanan anak-anak seperti ciki, biskuit, permen, es krim dan sebangsanya saya satukan dengan belanja mingguan.  Pokoknya saya stok makanan utama dan makanan ringan untuk sekeluarga agar tak usah jajan atau beli makan di restoran.

Untuk pengeluaran ini, sekitar 20% dari uang bulanan saya habis.

Belanja Mingguan


Masih ada sisa 13% dari uang bulanan.  Saya cukup-cukupkan untuk beli bensin, pulsa, dan belanja kebutuhan lainnya.  Cukup, ya?

CUKUP... :D

Bahkan, saya masih bisa beli baju, mainan anak-anak, buku, sepeda, dan lainnya.  Saya juga bisa jalan-jalan hampir setiap minggu (di lokasi saya tinggal kebetulan banyak sekali tempat wisata).

Kok bisa?

Saya akan bagikan caranya di tulisan berikutnya, ya?

Tasmania, 31 Desember 2019

Comments

Popular posts from this blog

Memboyong Keluarga Kuliah di Luar Negeri: Bagian 1

Is PhD REALLY a Lonely Journey?: My "Crowded" Journey

Jangan asal SCOPUS®