"Married at First Sight": Ta'aruf ala Australia

Setiap negara pasti memiliki acara TV yang "aneh", "neko-neko", atau kontroversial.  Ya, televisi butuh penonton, dan untuk menarik penonton, mereka harus menayangkan acara yang menarik perhatian, sekalipun harus mengundang kontroversi.

Nah, di Australia ada satu acara TV yang sangat kontroversial dan tentunya memiliki rating yang sangat tinggi berjudul Married at First Sight yang ditayangkan oleh Channel 9.

Image result for married at first sights
https://img.buzzfeed.com/buzzfeed-static/static/2017-02/6/23/campaign_images/buzzfeed-prod-web-01/susan-and-sean-forever-2-18470-1486443264-5_dblbig.jpg

Ringkasnya, dalam acara ini, tiga orang psikolog atau ahli hubungan rumah tangga memasangkan lelaki dan perempuan (dan baru-baru ini perempuan dengan perempuan) hanya dengan membaca dan mencocokkan profil mereka masing-masing.  Misalnya, setelah membaca karakteristik pria 1, 2, 3, dan wanita A, B, dan C, para ahli ini kemudian memutuskan bahwa pria 1 akan cocok dengan wanita C, dan seterusnya.

Mereka yang dipasangkan ini akan bertemu untuk pertama kalinya di altar.  Jadi, ya, tidak bisa menolak untuk menikah kalau ternyata begitu melihat calon pasangan pesertanya tidak suka dengan calonnya.

Nah, yang menarik dari konsep acara ini adalah karena konsepnya mengingatkan saya pada konsep ta'aruf, walaupun pada versi yang lebih ekstrem, ya?

Apa saja kesamaannya?

Yang pertama: jelas, NO PACARAN.
Yang kedua: ada pihak yang memediasi (mak comblang).

Meskipun berbagi karakteristik yang sama, "Married at First Sight" ekstrem, ya?

Pertama, si pasangan tidak diberi tahu terlebih dulu akan menikah dengan siapa.  Tidak diperlihatkan foto calon pasangan, diberi tahu namanya, apalagi diperlihatkan akun sosial medianya. :D

Kedua, peserta acara ini tidak diberi kesempatan untuk MENOLAK apalagi MEMILIH pasangannya.  Mereka benar-benar harus menerima siapapun yang dijodohkan dengan mereka.

Dalam ta'aruf, setahu saya sih ada kesempatan bagi calon pasangan untuk saling mengenal, minimal lewat foto dan akun sosial media.  Ya, namanya juga ta'aruf, yang artinya saling mengenal (dan dalam konteks Indonesia diartikan saling mengenal untuk menikah tanpa pacaran).  Bahkan calon pasangan juga diberi kesempatan untuk berkomunikasi baik secara langsung maupun tidak langsung.  Dan... yang paling penting adalah peserta ta'aruf boleh menolak jika merasa tidak sreg dengan orang yang dicalonkan dengannya.

Sementara itu, "Married at First Sight" ini lebih cocok jika disamakan dengan konsep "arranged marriage" atau menikah karena dijodohkan yang ekstrem.  Di beberapa negara Muslim dan sebenarnya di beberapa budaya non-Muslim juga, konsep ini masih diterapkan, lho.  Biasanya seorang anak perempuan dipaksa menikah dengan seorang lelaki yang belum pernah dia temui sama sekali.  Yang lebih parah, kadang ada yang dipaksa menikah dengan lelaki yang jauh lebih tua, atau menjadi istri kedua, ketiga, atau keempat.

Image result for arranged marriage
https://romeo-and-juliet-m-leute.weebly.com/uploads/2/2/8/3/22835624/8935590_orig.jpg


Bedanya, ya, di acara "Married at First Sight", tidak ada paksaan.  Meskipun para peserta "dipaksa" untuk menerima dijodohkan dengan siapa saja, dari awal mereka sudah menandatangani kontrak perjanjian dan sudah diberi tahu mekanisme dan prosedur pemilihan pasangan untuk mereka.  Jadi, sudah ada jaminan bahwa calon pasangan mereka akan dipilih dengan sangat teliti agar cocok dengan kepribadian mereka.  Calon pasangan juga telah melewati proses pengecekan latar belakang, cek kesehatan, dan sebagainya untuk memastikan pasangan sehat batin dan fisik.

Tapi, ya tetap saja.  Karena tidak diberi kesempatan untuk saling mengenal dulu, tentu saja 90% pasangan yang dinikahkan dalam acara ini "bercerai" dalam waktu beberapa minggu.  Bahkan ada yang bercerai dalam waktu satu minggu saja!

Yang tentu harus diingat juga, tidak semua peserta acara ini mendaftar karena mereka benar-benar ingin mendapatkan pasangan.  Tak sedikit yang ikut acara ini hanya untuk menjadi terkenal.  Itu mah sama di manapun juga, ya?

Tertarik mengikuti acara ini?  Apakah televisi Indonesia akan mengadaptasi acara ini?  Bagaimana tanggapan teman-teman?


Comments

Popular posts from this blog

Memboyong Keluarga Kuliah di Luar Negeri: Bagian 1

Is PhD REALLY a Lonely Journey?: My "Crowded" Journey

The 'Perks' of Working from Home with Two Young Kids: Staying Positive in the Face of Covid-19